Proposisi kategorik adalah
suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan
predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Hubungan ini berbentuk pengiyaan
atau pengingkaran. Proposisi dalam logika dapat benar dapat juga
salah, tidak dapat dinilai kedua-duanya. Dalam arti tidak dapat setengah benar
atau setengah salah. Jika benar ya benar jika salah ya salah sehingga tegas
perbedaan antara keduanya.
Benar salahnya suatu
proposisi dihubungkan dengan hal yang dibicarakannya. Jika yang dibicarakan
tentang benda-benda alamiah maka kebenarannya adalah harus sesuai dengan
kenyataannya (mengikut teori korespondens), dan jika yang dibicarakan hal atas
dasar persetujuan bersama maka kebenarannya harus sesuai dengan hasil
persetujuan tersebut (mengikuti teori koherensi). Jadi, benar salahnya suatu
proposisi itu dihubungkan dengan isinya.
Term
sebagai subjek berhubungan dengan kuantitas proposisi. Subjek dibedakan antara
subjek universal dan subjek partikular. Subjek universal adalah mencakup semua
yang dimaksud oleh subjek, subjek partikular adalah hanya mencakup sebagian
dari keseluruhan yang disebutkan oleh subjek. Subjek universal dalam pernyataan
simbolik disertai dengan kuantor universal, dan subjek partikular dalam
pernyataan simbolik disertai dengan kuantor eksistensial. Term
sebagai predikat selalu berhubungan dengan isinya, dan merupakan kualitas
proposisi, yang dibedakan antara predikat afirmatif dan predikat negatif.
Predikat afirmatif adalah sifat mengiyakan adanya hubungan predikat dengan
subjek, predikat negatif adalah sifat mengingkari adanya hubungan predikat
dengan subjek atau sifat meniadakan hubungan subjek dengan predikat.
2.
Empat Macam Proposisi
Proposisi
kategorik merupakan pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai
subjek dan predikat, dan secara sederhana dibedakan atas empat macam, yaitu:
proposisi universal afirmatif, proposisi universal negatif, proposisi
partikular afirmatif, dan proposisi partikular negatif. Dari empat macam
proposisi kategorik berdasarkan denotasi atau luas term yang dihubungkan, dapat
dibedakan menjadi tujuh macam proposisi kategorik.
Proposisi universal afirmatif ialah
pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan
predikat, dirumuskan berikut ini. “Semua S adalah P”. Proposisi universal
afirmatif, berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam:
universal afirmatif ekuivalen dan universal afirmatif implikasi.
Proposisi
universal negatif ialah pernyataan
bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat,
dirumuskan: “semua S bukan P”. Proposisi universal negatif berdasarkan
perbandingan luas term, hanya ada satu bentuk, yaitu berbentuk eksklusif
sehingga lengkapnya disebut universal negatif eksklusif, yaitu pernyataan umum
mengingkari yang berarti antara subjek dan predikat tidak ada hubungan,
misalnya semua rakyat Indonesia tidak mengikuti ajaran komunis.
Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan adanya hubungan
subjek dengan predikat, dirumuskan: “sebagian S adalah P”. Proposisi partikular
afirmatif berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam:
partikular afirmatif inklusif dan partikular afirmatif implikasi.
Proposisi
partikular negatif ialah pernyataan
bersifat khusus yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat,
dirumuskan: “sebagian S bukan P”. Proposisi partikular negatif berdasarkan
perbandingan luas term terdapat dibedakan atas dua macam: partikular negatif
inklusif dan partikular negatif implikasi.
Proposisi
Kategorik dan Tunggal : Proposisi
tunggal dalam penalaran kategogik erat hubungannya dengan proposisi kategorik,
didefinisikan “pernyataan yang terdiri atas satu term sebagai predikat sesuatu
yang dapat dinilai benar atau salah”. Berdasarkan definisi ini maka subjek dari
proposisi tersebut bukanlah suatu term atau konsep karena tidak merupakan suatu
himpunan. Dan perbedaan pokok dengan proposisi kategorik adalah, dalam
proposisi tunggal subjeknya bukan suatu term karena dianggap sudah jelas,
sedang proposisi kategorik subjeknya adalah suatu term yang cirinya dapat
diungkapkan dalam bentuk himpunan sebagai denotasinya. Proposisi
tunggal dapat bermula dari proposisi kategorik yang sudah jelas subjeknya,
kemudian hanya dinyatakan predikatnya saja. Dan dapat juga proposisi tunggal
dari bentuk proposisi kategorik yang kedua term sebagai subjek dan predikatnya
dijadikan satu kesatuan sebagai predikat.
1. Pendahuluan
Dalam logika dipelajari aturan yang harus
diperhatikan untuk dapat berfikir dengan tepat, teliti, dan teratur agar
mencapai kebenaran. Logika melatih kita untuk menganalisis suatu jalan pikiran,
menguji kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dan kepastian yang dapat dicapai
sehingga kita dapat membedakan pemikiran yang tepat dan benar dari yang kacau
serta salah.
2. Silogisme
Silogisme adalah proses logis yang terdiri
dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak
penalaran silogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang
terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M).
bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru
(konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari premis-premis tersebut
disebut penyimpulan.
Suatu
premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga
pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak
benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau
sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.
3. Silogisme
Kategoris
Silogisme
Kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa berupa suatu proses
logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa
pernyataan kategoris pernyataan tanpa syarat. Sebagai suatu bentuk logis yang
sudah baku, silogisme kategoris bermakna sekali dalam percakapan sehari-hari,
diskusi,buku dan pidat,jalan pikiran kita jarang dirumuskan dalam bentuk
silogisme. Tetapi begitu masalah mengapa dipersoalkan, maka orang akan mencari
alasan-alasannya. Disinilah bentuk silogisme kategoris dapat membantu
menunjukkan jalan atau tahap-tahap penalarannya. Misalnya, apabila seseorang
ditanya,”mengapa korupsi itu haram?” maka akan dicari alasannya, dan kemudian
berkata” karena korupsi adalah mencuri.” Jika kemudian diberi bentuk logis,
maka dapat diperoleh silogisme sebagai berikut: ( Mencuri itu haram,Korupsi
adalah mencuri,Maka korupsi adalah haram )
4. Bentuk
Silogisme kategoris
Dengan
memperhatikan kedudukan term pembanding (M) dalam premis pertama maupun dalam
premis kedua, silogisme kategoris dapat dibedakan antara empat bentuk atau
empat pola, yakni sebagai berikut:
Silogisme Sub-Pre, suatu
bentul silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek
dan dalam premis kedua sebagai predikat, misalkan contoh : Semua manusia akan
mati. Socrates adalah manusia. Jadi, Socrates akan mati
Silogisme Bis-Pre, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi
predikat dalam kedua pesimis. Contoh: Semua
orang yang berjasa terhadap negara adalah pahlawan.Sukarno adalah pahlawan. Jadi,
Sukarno adalah orang yang berjasa terhadap negara.
Silogisme Bis-Sub, suatu
bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis. Contoh:
Manusia adalah berbudaya.Manusia itu juga berakal budi. Jadi, semua yang
berakal budi adalah berbudaya.
Silogisme Pre-Sub, suatu
bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predikat
dan dalam premis kedua sebagai subjek. Contoh: Semua influenza adalah
penyakit.Semua penyakit adalah menggannggu kesehatan. Jadi, sebagian yang
mengganggu kesehatan adalah influenza.
5. Kesimpulan
Penerapan logika luas sekali, bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan
saja, tetapi diseluruh bidang kehidupan. Sebab sebagai makhluk yang berakal,
kita harus lebih banyak mengamalkan akal sehat disegala bidang kehidupan, serta
mendasarkan tindakan-tindakan kita atas pertimbangan yang masuk akal. Semoga
kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
1.
Pengertian Kesesatan
Logika lahir salah satunya berusaha mencoba
membantah pikiran-pikiran lain dengan cara menunjukan kesesatan penalarannya.
Kesesatan penalaran ini ada yang disengaja ada pula yang tidak disengaja.
Kesesatan yang tidak disengaja muncul sebagai bukti bahwa kemampuan berpikir
manusia terbatas, atau karena ketidaksadaran pelaku itu. Istilah kesesatan
merupakan terjemahan dar fallacia atau fallacy.
kesesatan merpakan suatu akibat pengambilan
konklusi yang bertentangan dengan pikiran yang logis. Soekadijo menyebutkan
bahwa kesesatan dalam penalaran dapat terjadi karena yang sesa itu disebabkan
oleh beberapa hal yang tampaknya masuk akal. Jika seeorang mengemukakan sebuah
penalaran yang sesat dan dia sendiri tidak melihatnya sebagai sesuatu
kesesatan, maka penalaran sesat seperti itu disebut paralogis. Sebaliknya, jika
penalaran yang sesat itu sengaja dilakukan untuk menyesatkan orang lain disebut
sofisme.
Kesesatan dapat terjadi karena system atau
sifat bahasa. Penalaran juga dapat sesat karena tidak adanya hubungan logis
antara premis dengan konklusi. Kesesatan seperti ini disebut kesesatan
relevansi mengenai materi penalaran. Oleh karena itu, soekadijo memisahkannya
menjadi dua bagian yaitu kesesatan karena bahasa dan keesatan relevansi.
A. Kesesatan
karena Bahasa
Bahasa pada
dasarnya merupakan seperangkat kaidah atau sistem. Sebuah bahasa pada
hakikatnya unik. Tidak ada dua bahasa yang memiliki sistem yang persis, betapa
pun dekatnya rumpun atau kerabat bahasa tersebut. Namun, kesamaan yang utama
adalah bahwa bahasa pada prinsipnya sebagai alat komunikasi yang terdiri atas
lapisan fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan terbesar wacana. Satuan
terkecil bahasa yang mampu mewadahi konsep secara lengkap sebenarnya kalimat.
Dengan kalimatlah kita dapat menuangkan ide, pikiran, perasaan, kehendak atau
hayal sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Namun satuan kita dapat
dijadikan lambing sebuah konsep.
Kata-kata dalam bahasa dapat mempunyai makna
yang berbeda-beda. Sebuah kata dapat saja mempunyai makna sebanyak lima buah
jika digunakan dalam lima kalimat. Oleh karena itu, makna sebuah kata yang
sebenarnya terdapat dalam sebuah kalimat. Namun dalam kalimat sendiri,
kadang-kadang kita dapat menginterpretasikan makna lebih dari satu. Tentu saja,
semua ini akan dapat menimbulkan kesesatan.
B. Kesesatan
Relevansi
Kesesatan relevansi timbul jika orang
menurunkan suatu konklusi yang tidak relevan dengan premisnya. Maksudnya,
secara logis konklusi tidak terkandung atau tidak merupakan imflikasi dari
premisnya. Soekadijo, selanjutnya memaparkan bentuk-bentuk kesesatan relevansi
yang banyak terjadi seperti berikut ini.
Argumentum ad hominem :Kesesatan
ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu
usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alas an yang
berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
Argumentum ad Verecundiam atau
Argumentum Auctoritatis :Kesesatan ini
juga disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak berdasarkan nilai
penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara logis tentu
dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang dianggap
pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan
penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentation” ; yang
maknanya, ‘Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya’.
Argumentum ad baculum : Baculum
artinya ‘tongkat’. Maksudnya, kesesatan ini timbul kalau penerimaan atau
penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman. Jika, kita
tidak menyetujui sesuatu maka dampaknya kita akan kena sanksi.kita menrima
sesuatu itu karena terpaksa, karena takut bukan karena logis.
Argumentum ad misericordiam
: Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini
ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima.
Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan.
Misalnya, seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri
karena lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit,
oleh karena itu ia meminta hakim membebaskannya.
Argumentum ad populum
:Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis
tidak perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya
terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat pada
pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar